PEMERINTAH Indonesia pada tahun 2025 menyalurkan dana Rp200 triliun kepada Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA) seperti BRI, Mandiri, BNI, dan BTN. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memperkuat likuiditas perbankan, memperluas penyaluran kredit ke sektor riil, serta menjaga roda perekonomian nasional tetap berputar.
Salah satu pihak yang berpotensi besar memanfaatkan momentum ini adalah Koperasi Desa Merah Putih (Kopdes Merah Putih) di Provinsi Lampung. Dengan basis anggota yang kuat di pedesaan, koperasi ini dapat berperan sebagai jembatan antara lembaga keuangan besar (bank) dengan pelaku ekonomi rakyat di akar rumput, khususnya UMKM desa.
Untuk melihat kesiapan dan strategi Kopdes Merah Putih, dapat digunakan SWOT Analysis untuk mengkaji kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats).
Analisis SWOT
Koperasi Desa Merah Putih memiliki beberapa kekuatan (Strengths) yaitu : 1) Basis anggota luas (petani, nelayan, UMKM desa) yang menjadi target langsung kredit. 2) Kedekatan dengan masyarakat desa sehingga tingkat kepercayaan tinggi. 3) Potensi menjadi aggregator kredit mikro yang efektif. 4) Modal sosial kuat: gotong royong, keanggotaan, dan jaringan lokal.
Namun Koperasi Desa Merah Putih juga memiliki beberapa kelemahan (Weaknesses) yaitu: 1) Tata kelola dan akuntabilitas masih terbatas. 2) Laporan keuangan sering belum standar perbankan. 3) SDM pengurus masih lemah dalam manajemen modern. 4) Skala usaha relatif kecil dibanding koperasi perkotaan.
Terdapat peluang (Opportunities) Koperasi Desa Merah Putih untuk: 1) Dana Rp200 triliun memberi ruang besar untuk akses pembiayaan melalui linkage program KUR. 2) Dukungan pemerintah pusat dan daerah terhadap penguatan koperasi. 3) Pengembangan unit usaha baru di desa: simpan pinjam, pengolahan hasil pertanian, dan perdagangan. 4) Pemanfaatan teknologi digital untuk pencatatan dan pemasaran produk.
Koperasi Desa Merah Putih menghadapai ancaman (Threats) berupa: 1) Persaingan dengan UMKM individu yang langsung mengakses kredit perbankan. 2) Risiko kredit macet jika penyaluran tidak disertai pendampingan. 3) Intervensi politik lokal dalam tata kelola koperasi. 4) Ketergantungan berlebihan pada dana pemerintah sehingga mengurangi kemandirian.
Dampak terhadap Koperasi Desa Merah Putih
Terdapat dampak positif bagi Koperasi Desa Merah Putih akibat dari kebijakan pemerintah meggelontorkan dana 200T kepada HIMBARA antara lain: 1) Kopdes berpeluang menjadi mitra strategis HIMBARA melalui linkage program penyaluran KUR. 2) Likuiditas perbankan yang lebih kuat memberi ruang bagi kredit mikro desa dengan bunga rendah. 3) Anggota koperasi dapat mengembangkan usaha produktif (pertanian, perikanan, kerajinan). 4) Penguatan kelembagaan koperasi sebagai pusat intermediasi keuangan desa.
Adapun dampak negatif yang mungkin timbul akibat kebijakan tersebut antara lain: 1) Jika tata kelola tidak diperbaiki, risiko moral hazard dan kredit macet akan tinggi. 2) Potensi kesenjangan antara anggota yang mendapat akses dana dengan yang tidak. 3) Kopdes bisa kehilangan kemandirian jika terlalu bergantung pada subsidi dana pemerintah. 4) Ancaman disrupsi jika Bank lebih memilih menyalurkan kredit langsung ke UMKM individu tanpa melalui koperasi.
Beberapa Strategi yang dapat ditempuh Kopdes Merah Putih untuk mengoptimalkan dampak positif antara lain melalui strategi: 1) SO Strategy, yaitu: Menggunakan basis anggota luas untuk mengakses dana linkage KUR dari HIMBARA. 2) WO Strategy: Meningkatkan kapasitas manajemen & akuntabilitas agar bank mau bermitra. 3) ST Strategy: Memperkuat fungsi koperasi sebagai agregator sehingga tidak tergeser oleh UMKM individu. 4) WT Strategy: Menyusun sistem mitigasi risiko (penjaminan internal, pendampingan usaha) agar terhindar dari gagal bayar.
Penutup
Kebijakan pemerintah menyalurkan dana Rp200 triliun kepada HIMBARA adalah momentum penting bagi Koperasi Desa Merah Putih di Provinsi Lampung.
Dengan tata kelola yang transparan, manajemen yang profesional, serta pendampingan usaha bagi anggota, koperasi desa dapat bertransformasi menjadi pilar utama penyaluran kredit produktif.
Melalui pendekatan SWOT, dapat disimpulkan bahwa Kopdes Merah Putih memiliki peluang besar untuk memperkuat perannya dalam menghubungkan dana makro dari pemerintah dengan kebutuhan riil ekonomi desa, sekaligus menjadi motor penggerak ekonomi kerakyatan yang berkelanjutan. (*)
Penulis:
Jamhari Hadipurwanta
Ketua LP3K Garuda Matahari Indonesia