LBTV Media – Umat muslim di Desa Sidoharjo, Kecamatan Way Panji, Kabupaten Lampung Selatan, melaksanakan salat Idul Fitri di Masjid Agung Baitul Makmur dengan pengamanan dari pecalang yang berasal dari komunitas umat Hindu.
Pengamanan ini dilakukan sebagai bentuk nyata dari toleransi dan kebersamaan antarumat beragama di wilayah tersebut.
Para pecalang yang tergabung dalam Komunitas Pertama secara aktif mengatur lalu lintas dan menjaga area parkir kendaraan jemaah, guna memastikan kelancaran serta ketertiban pelaksanaan ibadah.
Langkah ini bertujuan agar umat muslim dapat menjalankan salat Idul Fitri dengan khidmat tanpa gangguan.
Ketua Komunitas Pertama, Wayan Suadi, menyatakan bahwa keterlibatan mereka dalam menjaga pelaksanaan ibadah umat muslim merupakan bentuk penghormatan dan dukungan terhadap nilai-nilai toleransi serta persatuan.
“Sebagai bagian dari masyarakat yang menjunjung tinggi kebersamaan, kami merasa terhormat dapat berkontribusi dalam menjaga keamanan saat umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri. Ini merupakan wujud solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat,” ungkapnya.
Tidak hanya umat Hindu, anggota Komunitas Pertama dari kalangan umat Kristen dan Katolik juga turut serta dalam menjaga ketertiban di sekitar masjid.
Keterlibatan berbagai unsur masyarakat ini menunjukkan kuatnya nilai kebersamaan yang telah terjalin di Kecamatan Way Panji.
Salah seorang anggota komunitas yang beragama Islam, Suheno, mengungkapkan apresiasi yang mendalam terhadap solidaritas yang ditunjukkan oleh rekan-rekan dari berbagai latar belakang agama.
“Kami sangat mengapresiasi kepedulian dan partisipasi dari saudara-saudara kami, baik dari umat Hindu maupun Nasrani, dalam menjaga ketertiban saat perayaan Idul Fitri ini,” tuturnya.
Sementara itu, Bhabinkamtibmas Bripka Dwi Aryanto juga memberikan penghargaan terhadap upaya yang dilakukan oleh Komunitas Pertama dalam menjaga kerukunan dan keamanan di lingkungan masyarakat.
“Kehadiran pecalang dalam membantu pengamanan salat Idul Fitri sangat berarti bagi kami. Ini menunjukkan bahwa toleransi dan persatuan antarumat beragama di Desa Sidoharjo telah terjalin dengan sangat baik,” ujarnya.
Komunitas Pertama, yang didirikan pada tahun 2018, telah memainkan peran penting dalam memperkuat hubungan harmonis antarumat beragama.
Dengan keterlibatan aktif dari berbagai elemen masyarakat, komunitas ini membuktikan bahwa perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang damai dan toleran.
Diharapkan, kolaborasi yang telah terjalin ini dapat terus dipertahankan serta menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam upaya membangun kehidupan bermasyarakat yang rukun dan harmonis. (*)
